program

Minggu Bahas Buku: The Creative Process Behind the Books

Fringe Events

27 October 2024 | 10:00 - 11:30

In a book discussion with four authors from diverse backgrounds, including a teacher, lecturer, and local food activist, they’ll share insights into their books, from storytelling to the creative processes behind their work. This session offers a chance to discover new reading recommendations from notable Indonesian authors, perfect for your next literary adventure.

This session will be conducted in Indonesian.

Dalam diskusi buku dengan empat penulis dari latar belakang yang beragam ini, mereka yang terdiri dari guru, dosen, dan aktivis pangan lokal akan berbagi wawasan tentang buku-buku mereka, mulai dari penceritaan hingga proses kreatif di baliknya. Sesi ini memberikan kesempatan untuk menemukan rekomendasi bacaan baru dari penulis Indonesia, sempurna untuk petualangan sastra Anda berikutnya.

Sesi ini akan diselenggarakan dalam bahasa Indonesia.

Free Event

On Google Maps

Featuring

Dicky Senda is an Indonesian writer and local food activist from the province of East Nusa Tenggara. Since 2016, he has managed the Lakoat.Kujawas community collective in Taiftob village, which integrates a library, food laboratory, traditional knowledge archive, and creative writing classes. The community also organizes cultural school programs such as Skol Tamolok, the Apinat-Aklahat art residency, and the Mnhahat Fe’u gastronomic tour, which bring together art, food, and ecology. He has written the short story collections Kanuku Leon in 2013, Hau Kamelin & Tuan Kamlasi in 2015, and Sai Rai in 2017, as well as over 10 anthologies and zines co-written with the people of Mollo.

Dicky Senda adalah penulis dan pegiat pangan lokal asal Nusa Tenggara Timur. Sejak tahun 2016, ia mengelola kolektif warga Lakoat.Kujawas di desa Taiftob yang mengintegrasikan perpustakaan, laboratorium pangan, ruang arsip pengetahuan adat, dan kelas menulis kreatif. Komunitas ini juga menyelenggarakan program sekolah budaya Skol Tamolok, residensi seni Apinat-Aklahat dan tur gastronomi Mnhahat Fe’u yang mempertemukan seni, pangan, dan ekologi. Ia menulis buku kumpulan cerpen Kanuku Leon pada tahun 2013, Hau Kamelin & Tuan Kamlasi pada tahun 2015, dan Sai Rai pada tahun 2017, serta lebih dari 10 antologi dan zine yang ia tulis bersama warga Mollo.

See Speaker Details

Kurnia Gusti Sawiji, who describes himself as a writer, teacher, and perpetual learner from Tangerang, Banten, is one of the selected Emerging Writers at the 2024 Festival. He spends his time writing novels, short stories, formulas, teaching modules, exam questions, and many other things. Some of his essays and short stories have found their way into both print and online platforms such as Mojok, Suara Merdeka, and Kompas. His novel Tanah Seberang was published by Buku Mojok in 2018, and his short stories collection Dongeng Pengantar Kiamat was published by Unsa Press in 2022. Currently, he is an active member of a literary community called Prosatujuh.

Kurnia Gusti Sawiji, yang mendeskripsikan dirinya sebagai seorang penulis, guru, dan pembelajar, adalah salah satu Emerging Writers Ubud Writers & Readers Festival 2024. Ia menghabiskan waktunya menulis novel, cerpen, rumus, modul ajar, soal ujian, dan banyak hal lainnya. Beberapa esai dan cerpennya dimuat di media cetak dan daring seperti Mojok, Suara Merdeka, dan Kompas. Novelnya yang berjudul Tanah Seberang diterbitkan oleh Buku Mojok pada tahun 2018, dan kumpulan cerpennya Dongeng Pengantar Kiamat diterbitkan oleh Unsa Press pada tahun 2022. Kini ia juga tercatat sebagai anggota komunitas sastra Prosatujuh.

See Speaker Details

Mega Anindyawati is an author from East Java, who was selected as one of the Emerging Writers at the 2024 Festival. Her writings have been featured in Jawa Pos, Kompas.com, Radar Mojokerto, Harian Bhirawa, and others. Some of her books that have been published include Sabar Menanti Buah Hati (2019), Sepotong Kenangan dan Senja yang Memakannya (2021), Unconditional Marriage (2022), Manusia Setengah Udang Memakannya (2022), Miracles of Love (2022), and Cepet Ndhelik! (2023). Currently, Mega is an active member of Forum Lingkar Pena (FLP) Sidoarjo.

Mega Anindyawati merupakan penulis asal Jawa Timur, yang terpilih sebagai salah satu Emerging Writers di Ubud Writers & Readers Festival 2024. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Jawa Pos, Kompas.com, Radar Mojokerto, Harian Bhirawa, dan lain-lain. Buku-bukunya yang telah terbit di antaranya Sabar Menanti Buah Hati (2019), Sepotong Kenangan dan Senja yang Memakannya (2021), Unconditional Marriage (2022), Manusia Setengah Udang Memakannya (2022), Miracles of Love (2022), dan Cepet Ndhelik! (2023). Saat ini, Mega juga aktif sebagai anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Sidoarjo.

See Speaker Details

Ni Nyoman Ayu Suciartini is a writer and lecturer from Bali, Indonesia. Her book Mimpi Itu Gratis was published by Gramedia in 2016, followed by Bersinar di Timur Pulau Bali, published by Pusat Perbukuan Balai Bahasa Bali in 2018. Her writing, along with that of 10 other authors from across Indonesia, is featured in Jejak Ingatan, published by Gramedia in 2016. Additionally, she has written several children's books, some of which have won competitions and been adapted into monologues. In 2014, she received the Telkomsel Award for the Most Indonesian Writer category and the Kompas Young Writer Award in 2011. Her book Racun Puan was recognized as one of the manuscripts that caught the jury's attention at the Jakarta Arts Council (DKJ) competition in 2021 and was subsequently published by Bentang Pustaka. Biang, on the other hand, won the Unsapress Novel Competition and was nominated for the Ministry of Education and Culture's 2022 Literary Awards for Best Novel. Since 2015, she has also been actively teaching at a university in Bali.

Ni Nyoman Ayu Suciartini adalah seorang penulis dan pengajar asal Bali, Indonesia. Karyanya, Mimpi Itu Gratis, diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2016 dan karya lainnya yang berjudul Bersinar di Timur Palau Bali diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Balai Bahasa Bali pada tahun 2018. Tulisannya bersama 10 penulis dari berbagai penjuru Indonesia dapat ditemukan di buku Jejak Ingatan yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2016. Selain itu, ia juga menulis beberapa buku anak yang berhasil memenangkan sayembara dan telah dialihwahanakan menjadi monolog. Pada tahun 2014, ia menerima penghargaan Telkomsel Award untuk kategori Penulis Paling Indonesia dan penghargaan Penulis Muda Kompas tahun 2011. Bukunya yang berjudul Racun Puan masuk dalam nominasi naskah menarik perhatian dewan juri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 2021 dan diterbitkan oleh Bentang Pustaka, dan Biang berhasil memenangkan Sayembara Novel Unsapress sekaligus menjadi nomine penghargaan sastra Kemendikbud tahun 2022 untuk kategori Novel Terbaik. Sejak tahun 2015, ia juga aktif mengajar di salah satu perguruan tinggi di Bali.

See Speaker Details

moderator

Kadek Desi Nurani is an Indonesian actor, writer, and art manager from Bali. Her artistic practice often delves into the roles of women and children within the contexts of family, education, and the surrounding social landscape. On a daily basis, Desi teaches Indonesian Language and Literature. Outside the classroom, she collaborates as an actor, manager, and creative team member in various theater, fashion, and film productions in Bali. Her writings—spanning poetry, prose, and essays—have been published in several media outlets, earning awards in various literary competitions and featuring in anthologies. Currently, Desi serves as a program and production coordinator at Mulawali Institute.

Rudolf Dethu adalah seorang jurnalis musik, penulis, DJ radio, aktivis sosial-politik, pemimpin industri kreatif, dan manajer band yang mengambil inspirasi dari filosofi punk rock. Sering disebut-sebut sebagai Malcolm McLaren versi Indonesia—atau seperti yang disebut oleh Rolling Stone Indonesia, grand master propaganda musik—ia dikenal luas karena mengelola band-band terbesar di Bali, Superman Is Dead dan Navicula, yang kini menjadi dua grup rock teratas di negara ini. Saat ini, Rudolf mengelola The Hydrant, pelopor rockabilly di Indonesia. Ia tinggal di Bali dan merupakan penulis buku Blantika | Linimasa yang mengulas sejarah pertama musik modern di Bali, serta mini-biografi Superman Is Dead. Setelah membantu mendirikan Rumah Sanur, pusat kreatif pertama di Indonesia, ia juga mengelola RTB—Rumah Tanjung Bungkak, ruang kreatif terbesar di Denpasar, sejak tahun lalu.

See Speaker Details