Percakapan Kreatif: Menyemai Benih-Benih Cerita

Agustinus Wibowo, an Indonesian travel writer of Chinese descent, explores identity through his global journeys. Having spent three years in Afghanistan as a journalist, he engages with remote borders and minority groups. His works redefine Indonesian travel literature, allowing readers to experience the author's physical and emotional journey while reflecting on their own conflicts. His third book, the bestselling memoir Zero: When Journey Takes You Home, is set to be adapted into a Netflix series. His latest work, Us and Them, delves into the roots of human identity and conflict, published in 2024.

Agustinus Wibowo, seorang penulis perjalanan Indonesia keturunan Tionghoa, mengeksplorasi identitas melalui perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Setelah menghabiskan tiga tahun di Afghanistan sebagai jurnalis, ia berinteraksi dan terlibat dengan berbagai komunitas di perbatasan terpencil dan kelompok minoritas. Karyanya mendefinisikan ulang literatur perjalanan Indonesia, memungkinkan pembaca merasakan perjalanan fisik dan emosional sang penulis sambil merenungkan konflik mereka sendiri. Buku ketiganya, Zero: When Journey Takes You Home, akan diadaptasi menjadi serial Netflix. Karya terbarunya, Us and Them, menggali akar identitas manusia dan konflik dan telah diterbitkan pada tahun 2024.

Ibe S. Palogai is an Indonesian writer who uses poetry, prose, and essays as his creative mediums. Most of his works explore themes of history, memory, and identity. In 2018, he participated in a writer's residency supported by the National Book Committee in Leiden, Netherlands. A year later, his poetry book, Struktur Cinta yang Pudar, was a finalist for the Kusala Sastra Khatulistiwa. In 2019, Palogai founded the Makassar Literary Institute—a creative writing school that offers a four-semester writing curriculum. A year later, he established Kabisat Publishing and became its editor. Some of his works include Cuaca Buruk Sebuah Buku Puisi by GPU in 2018, Struktur Cinta yang Pudar by GPU in 2019, Menjala Kunang-kunang by GPU in 2019, and Hidup tetap Berjalan dan Kita Telah Lupa Alasannya by GPU in 2024.

Ibe S. Palogai merupakan penulis Indonesia yang menggunakan medium puisi, prosa, dan esai untuk berkarya. Sebagian besar karyanya berbicara tentang sejarah, memori, dan identitas. Pada tahun 2018, ia mengikuti residensi penulis atas dukungan Komite Buku Nasional di Leiden, Belanda. Setahun kemudian, buku puisinya, Struktur Cinta yang Pudar menjadi finalis Kusala Sastra Khatulistiwa. Pada tahun 2019, Ibe mendirikan Institut Sastra Makassar—sekolah penulisan kreatif yang menyediakan kurikulum menulis selama empat semester. Setahun kemudian, ia membentuk Penerbit Kabisat dan menjadi editornya. Sejumlah karyanya yang telah terbit antara lain Cuaca Buruk Sebuah Buku Puisi di tahun 2018, Struktur Cinta yang Pudar di tahun 2019, Menjala Kunang-kunang di tahun 2019, dan Hidup tetap Berjalan dan Kita Telah Lupa Alasannya di tahun 2024.

Indah Darmastuti adalah seorang penulis kelahiran Solo, Jawa Tengah. Ia menulis cerpen, novel, dan cerita anak. Beberapa buku yang terbit dalam beberapa tahun terakhir antara lain Pengukur Bobot Dosa (2021) dan Oskar Belajar Pergi (2022). Indah adalah pendiri Difalitera, sebuah situs sastra suara yang bertujuan memenuhi hak baca bagi difabel netra. Ia juga merintis Teras Baca Difalitera, sebuah komunitas belajar membaca bersama difabel netra di Solo, yang memperluas cakupan bacaan ke novel, serta lokasi-lokasi kota seperti gedung, museum, dan bangunan bersejarah. Pada tahun 2012, ia terpilih sebagai Emerging Writer di Ubud Writers & Readers Festival dan pada tahun 2023, ia menerima Penghargaan Prasidatama sebagai Tokoh Sastra Jawa Tengah dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Indah Darmastuti is a writer born in Solo, Central Java. She writes short stories, novels, and children's books. Some of her recently published books include Pengukur Bobot Dosa (2021) and Oskar Belajar Pergi (2022). Indah founded Difalitera, a literary site aimed at fulfilling the reading rights of visually impaired individuals. She also initiated Teras Baca Difalitera, a reading community for the visually impaired in Solo, which expands the reading scope to novels and reaches various city locations such as buildings, museums, and historical sites. In 2012, she was selected as an Emerging Writer at the Ubud Writers & Readers Festival, and in 2023, she received the Prasidatama Award as a Literary Figure of Central Java from Balai Bahasa Jawa Tengah.

Sri Paduka Mangkoenagoro X is the head of the Mangkunegaran Foundation and a founding partner of MDO Law Firm. A law graduate from Universitas Indonesia, he has furthered his education through executive programs at Harvard Business School and holds several prestigious awards, including a place in Fortune Indonesia's 40 Under 40. He is actively involved in cultural preservation and youth leadership, having initiated numerous cultural projects such as the Mangkunegaran Run and the Satu Dalam Cita Art and Culture Festival. Additionally, he serves as a Commissioner for PT Kereta Api Indonesia.

Sri Paduka Mangkoenagoro X adalah Ketua Pengurus Yayasan Mangkunegaran dan mitra pendiri MDO Law Firm. Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, ia melanjutkan pendidikannya melalui program eksekutif di Harvard Business School dan telah meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk masuk dalam daftar Fortune Indonesia 40 Under 40. Ia aktif terlibat dalam pelestarian budaya dan kepemimpinan pemuda, menginisiasi berbagai proyek budaya seperti Mangkunegaran Run dan Satu Dalam Cita Art and Culture Festival. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Komisaris PT Kereta Api Indonesia.